Monday 18 April 2016

Rahasia Penyihir yang Mungkin Belum Anda Ketahui



Iya, iya! Postingan kali ini memang agak out of topic dan kurang cocok untuk bulan April yang dipenuhi dengan bunga-bunga bermekaran di belahan bumi bagian utara (dan awal musim kemarau untuk Indonesia. lol.) Halloween pun masih 6 bulan lagi. Tapi,

Okay...

Anggap saja ini musim gugur dan sekarang kita berada di bulan Oktober, tepatnya tanggal 31 dan di sekitar kita saat ini sedang dipenuhi dengan merchandise bertemakan Halloween, yang tidak bisa lepas dari sosok kunti- eh maskud ane, nenek sihir aka witch.
 
Kalau saat ini kita menyuruh 5 orang anak kecil untuk menggambar nenek sihir, pasti sosok yang mereka gambar itu mempunyai banyak kemiripan. Pertama, topi yang dikenakan panjang dan runcing di ujungnya. Kedua, terdapat atribut berupa sapu. Tapi tahukan anda sejarah dari benda-benda yang digunakkan oleh para penyihir tersebut?

*WARNING: POSTINGAN INI SEDIKIT BERBAU NSFW*

John William Waterhouse - The Magic Circle


Jika anda sering menonton film maupun kartun-kartun yang terdapat karakter penyihir di dalamnya, mungkin anda sering melihat para penyihir tersebut mengendarai kuda sapu atau terkadang mereka merebus sesuatu menggunakan sebuah panci besar. Seperti yang terdapat dalam karya Shakespeare, Macbeth, yang ditulis di awal tahun 1600-an, "double, double toil and trouble". Kira-kira, apa yang sering dimasak oleh para penyihir? Memang, ketika menyebut sapu milik penyihir, flying ointment atau ramuan terbang yang sering digunakan oleh penyihir tak bisa kita abaikan begitu saja.

Kita bisa melihat sejarah penggunaan tanaman halusinogen untuk tujuan praktik perdukunan dari sejarah peradaban manusia. Di abad pertengahan Eropa, terdapat beberapa jenis tanaman halusinogen yang mudah dijumpai. Contohnya, rye mold yang mengandung ergot fungi, dengan efek pada manusia yang mirip seperti Lysergic acid diethylamide (LSD) atau Asam lisergat dietilamid, ergot merupakan halusinogen yang kuat. Selain itu terdapat pula tanaman halusinogen lain yang mudah didapat seperti henbane (Hyoscyamus niger), deadly nightshade (Atropa belladonna), mandrake (Mandragora officinarum), dan, menurut Johann Weyer dalam bukunya De praestigiis Daemonum (1563), tanaman-tanaman ini merupakan bahan-bahan utama untuk membuat ramuan terbang penyihir.


Mandrake
Henbane
Deadly Nightshade

Namun masalahnya, jika meminum ramuan seperti itu secara langsung dapat membuat peminumnya sakit, atau bahkan- mati. Akan tetapi cara lain untuk mencerna obat-obat halusinogen- selain menelan- yaitu melalui selaput lendir, seperti ketiak, anus, atau untuk wanita, melalui selaput lendir vagina. Dan bagaimana cara ramuan seperti itu digunakan pada selaput membran? Dari catatan Jordanes de Bergamo pada abad ke-15:

"But the vulgar believe, and the witches confess, that on certain days or nights they anoint a staff and ride on it to the appointed place or anoint themselves under the arms and in other hairy places."
Lebih lanjut, dari sebuah kutipan investigasi terhadap tersangka penyihir, Alice Kyteler, yang dilakukan pada tahun 1324:

"In rifleing the closet of the ladie, they found a pipe of oyntment, wherewith she greased a staffe, upon which she ambled and galloped through thick and thin."
Pada tahun 1477, Antoine Rose, yang dikenal sebagain penyihir dari Savoy, mengaku, di bawah penyiksaan, bahwa "Iblis, yang bernama Robinet, adalah orang hitam yang berbicara dengan suara serak. Mencium kaki Robinet dengan penghormatan, ia meninggalkan Tuhan dan agama Kristen. Ia (Robinet) memberikan tanda kepadanya, di jari kelingking tangan kirinya, dan memberinya sebuah tongkat sepanjang 18 inci, dan sebelanga ramuan. Ia (Rose) pun melumuri ramuan tersebut pada tongkat itu dan menaruhnya di antara kakinya sambil berkata 'Pergilah, dalam nama iblis, pergi!'"

Edward Frederick Brewtnall - A Visit to the Witch

Setelah ini dilakukan, efek dari 'ramuan terbang' akan dimulai. Dimasak dari benda-benda seperti nightshdae, wolfsbane, henbane, dan hemlock, dengan campuran dasar lemak hewan, bahan-bahan tersebut akan menjadi benar-benar mematikan. Dan efek dari ramuan ini, tropane alkaloid ini (karena mengandung nighshade dan henbane) halusinogen? Seperti disampaikan dalam dalam sebuah deskripsi pada tahun 1966 oleh Gustav Schenk:

"Each part of my body seemed to be going off on its own, and I was seized with the fear that I was falling apart. At the same time I experienced an intoxicating sensation of flying. […] I soared where my hallucinations — the clouds, the lowering sky, herds of beasts, falling leaves […] billowing streamers of steam and rivers of molten metal — were swirling along."
Dan pertanyaannya, mengapa harus pegangan sapu aka broomstick dan bukan objek lain? Bukannya pegangan sapu itu sedikit... berat? Satu penjelasan mengenai hal tersebut adalah ramuan yang digunakan untuk persiapan seperti itu disimpan di dalam sebuah bundelan kecil menyerupai sapu, yang mungkin telah direndam dengan minyak, dan keduanya mengeluarkan bahan-bahan aktif yang berasal dari sapu, lalu pegangannya dilumuri dengan ramuan. Kegunaan sapu atau tongkat yang telah dilumuri dengan minyak akan menambah beberapa keuntungan pribadi. (if you know what I mean).


Ilustrasi: Sapu

Selain penjelasan di atas, penggunaan sapu juga dikaitkan dengan ritual pagan. Sapu dilihat sebagai penyeimbang "energi maskulin (pegangan sapu yang merupakan objek phallic) dan energi wanita (bulu sapu)"- Ini menjelaskan alasan mengapa sapu sering digunakan secara simbolis dalam upacara pernikahan, yang menurut Alan Dundes, tradisi ini bermula dari orang Romani yang tinggal di Wales (Welsh Kale) dan Inggris (Romanichal).

Tradisi Jumping the Broom

Sumber pertama yang diketahui menggunakan sapu adalah seorang tersangka penyihir laki-laki, Guillaume Edelin de Saint-Germain-en-Laye dekat Paris, saat ia sedang disiksa pada tahun 1453. Ada juga ritual kesuburan pagan yang umum, di mana galah, garpu rumput, dan sapu (umumnya objek-objek phallic) dikendarai melewati ladang dengan orang melompat setinggi mungkin untuk menarik tanaman agar tumbuh setinggi lompatan mereka. Dalam bukunya, The Discoverie of Witchcraft, yang dipublikasikan pada tahun 1584, Reginald Scot mendiskripsikan pesta tersebut seperti ini:
"At these magical assemblies, the witches never failed to dance; and in their dance they sing these words, 'Har, har, divell divell, dance here dance here, plaie here plaie here, Sabbath, Sabbath.' And whiles they sing and dance, ever one hath a broom in her hand, and holdeth it up aloft."

Gimana, gan? Ada yang berani coba?

lol.

~fin.



sumber:
http://www.atlasobscura.com/articles/31-days-of-halloween-sex-drugs-and-broomsticks-the-origins-of-the-iconic-witch
http://mentalfloss.com/article/59214/why-do-witches-ride-brooms
http://www.theatlantic.com/technology/archive/2013/10/why-do-witches-ride-brooms-nsfw/281037/
https://en.wikipedia.org/wiki/Jumping_the_broom
http://emedicine.medscape.com/article/816657-overview