Apakah kalian
pernah melakukan pentas drama di sekolah atau di kelas? Yep saya yakin pasti
kalian pernah kan? Tapi bagi yang belum pernah melakukan pentas drama atau lagi
pusing dalam mencari ide dalam pembuatan naskah drama, kali ini saya akan
memberikan contoh dari naskah drama yang pernah sukses dipentaskan di kelas XII
IPS 2 SMAN 1 Praya, dan drama ini telah sukses membuat para penonton tertawa
terbahak-bahak walaupun ini bukanlah naskah drama yang sempurna, tapi cukup
menghibur menurut saya dan tentunya ini juga berkat para pemainnya yang mampu
memberikan performa yang maksimal, langsung saja disimak naskah drama dibawah
ini.
SANG NARATOR
Di sebuah negeri yang berada nun jauh
di sana, terdapatlah sebuah desa Antah Berantah. Disana, hiduplah seorang Narator
yang selalu menjadi “Narator” dalam setiap cerita. Ia selalu meratapi nasibnya
karena keinginannya untuk menjadi Pemeran Utama tak kunjung tercapai. Walhasil,
ia pun pergi ke Danau Penyesalan untuk melakukan percobaan bunuh diri. Sesampainya
di Danau tersebut matahari telah terbenam dan suasana mulai gelap gulita, Narator
pun berdiri di tepi Danau yang saaangat tidak dalam sama sekali. Dan mulut si Narator
mulai berkomat-kamit mengucapkan mantra keluhannya.....
Narator :“Tuhan! Kenapa nasibku seperti
ini, aku sudah tak sanggup lagi menjadi Narator selama hidupku.....!!kenapa
Engkau tidak pernah mengabulkan do’a ku Tuhaan, tolong jawab......!!!!
kumohon..... DEMI TUHAAAANN!!!!!!” sambil memukul meja 3x
Tiba – tiba, sepasang bola mata Narator
terbelalak melihat seekor Putri- Oops, maksud saya, seorang Putri yang melintas
dihadapannya bagaikan sekelebat bayangan putih.
Namun, alangkah kagetnya sang Narator, karena sesosok Putri yang
melintas sambil tebar-tebar pesona tersebut, memiliki wajah yang sangat horror
Narator :“AAAAAAA!!! S-SIAPA KAMU!”
dengan mata terbelalak sambil nunjuk si Putri “TOLOONGTOLONG SAYA NYERAH
TOLOONG” sambil berteriak dan melambaikan tangannya didepan kamera
Putri : “Sialan, kamu kira
saya ini setan ya?” dengan marah2 sambil menginjak-injak Narator
Narator :“Sorry- sorry, ampun mbak ampun”
sambil memohon dengan wajah memelas “maaf tadisaya kira saya lagi di acara
DUNIA LAIN. Ngomong- ngomong mbak ini siapa ya??”
Putri : “gak liat apa? Dari wajah, pakaian,
bahkan body-ku yang aduhai ini kamu gak bisa nebak siapa aku ini? Perkenalkan
aku adalah seorang Putri”
Narator :“hah?? Siapa???” dengan
sedikit terheran
Putri : “Perkenalkan aku adalah seorang
Putri”
Narator :“HAH?! PUTRI??? Gak salah!? Dari kerajaan
mana? Kok nggak pantes banget??”
Putri : “Kurang ajar”
Duakk sambil memukul wajah Narator
“Kamu harus panggil aku tuan Putri
CANTIK mengerti??” sambil mengancam
Narator
Narator :“ba-baik... tuan Putri yang
cantueeekk...”
Putri : “apa?”
Narator :
sambil tersenyum “tuan Putri yang cantik....maksa banget” ngomong agak
berbisik
Putri : “Ngomong-ngomong kamu
lagi ngapain disini wahai pemuda asing?”
Narator :“begini, saya sedang putus a.....”
Putri : “cinta??” sahut tuan
Putri
Narator :“bukan2, maksud saya putus asa
karena impian saya tak kunjung tercapai”
Putri : “oh, tak kirain putus
cinta... kalau kamu putus cinta aku sih bersedia” ngomong agak berbisik
Narator :
“amit-amitt....” kata Narator dalam hati
Putri : “BTW gini aja ikutlah
bersamaku ke kerajaanku disana ada seseorang yang bisa mengatasi setiap masalah
tanpa solusi”
Narator :
“ha? Cius? Dimana tempatnya? Tolong katakan padaku!”
Putri :“tenang... tenang...
kamu ikut denganku ke kerajaanku. Kerajaan dukun,
Orang yang akan kamu temui nanti adalah
ayahandaku, si Raja dukun”
Narator :“hah, buset! Kirain kamu ini Putri
apaan, ternyata kamu ini Putri dukun! Cocok sekali!huahahaha...!!!” sambil
tertawa terbahak-bahak
Putri :dengan jengkelnya
Putri pun memukul wajah si Narator “jangan banyak bacot lu! Ikut saja!
karena lokasinya sangat jauh, Mungkin perjalanan kita akan melalui banyak
rintangan dan bahaya yang akan menghadang”
Narator :
“memangnya kerajaan Dukun itu jauh ya?? Tapi kok kamu bisa nyasar disini??”
Putri:sambil tertawa cekikikan “hihihihihihi.... anda
penasaran? Sama, saya juga!!”
Akhirnya, Narator dan Putri dukun
pun melakukan perjalanan yang sangat
panjang dalam menempuh TKP. Dan dalam perjalanan mereka berdua mengalami banyak
hambatan-hambatan yang menghadang seperti;
jurang maut...
Narator :“wah kalau jatuh bisa ko’it
neh...”
sarang macan...
Narator :“ah sarangnya doang... gak takut,
gak takut..”
kuburan angker...
Putri :“atu tatut......”
perampok...
Rampok: “MINTA UANG.....!!!” teriak
perampok
Narator :“GAK MAUU!!” teriaknya sambil
memukuli para Perampok
Raksasa...
Narator :“gak takut.... hyaat” menghajar
Raksasa
bahkan orang lagi BOKER........
Boker : “HEI!! NGAPAIN TUH!? Kurang
ajar, mau ngintip ya??” dengan mata melotot seperti mau makan orang
N+P : “maaf-maaf, kami berdua
cuma numpang lewat....”
Boker : “SANA CEPAT!!! Ganggu aja,
gak liat apa orang lagi meditasi!?”
~Peringatan* orang yang
sedang Meditasi jangan diganggu~
Tak berapa lama Narator dan Putri Dukun
pun tiba di kerajaan Dukun dan alangkah terkejutnya Narator melihat kerajaan
Dukun tersebut....
Narator :
“WOAAH, JADI INI YA? KERAJAAN DUKUN ITU!?”
Putri :“kaget ya, sama
kerajaan ku??”
Narator :
“nggak biasa aja.....” dengan ekspresi yang datar
Putri :“ayo ikuti aku, akan
aku kenalkan kau pada ORTU-ku”
Sesampainya di ruangan
pribadi Raja Dukun......
Putri :“anyong haseo,
papa!!!”
Eyang : “anyong-anyong..... loh nak??
Kamu sama siapa? Pacar kamu ya?”
Putri :“dengan wajah tersipu
malu “bukan Pa, dia ini pasien.... dia lagi ada masalah, dan hanya papa satu2
nya orang yang Bisa mengabulkan permohonannya”
Eyang : “oh silahkan duduk kalau begitu”
Narator :
tanpa basa-basi “begini loh mbah Raja....”
Eyang : Eyang pun memotong pembicaraan “stop
jangan panggil saya mbah Raja, saya bukan mbah mu trus saya nggak suka terlalu
formal.. nama saya adalah EYANG DUBUR, panggil saja saya Eyang atau Dubur..
terserah, yang jelas kamu pasti kemari punya permintaan kan??”
Narator :
“kok tau mbah..? eh maksudnya Eyang”
Eyang : “ya iyalah saya tau, kan Putri
saya barusan bilang”
Narator :
“oh iya ya, tapi apa benar Eyang bisa mengabulkan permintaan saya?”
Eyang : dengan penuh emosi “kurang ajar
!!! kamu meragukan kemampuan saya ya??”
Narator :
“bu-bukan begitu...”
Eyang : “MAMA....!!! SINI CEPAT !!! !!!!”
sambil teriak
Kemudian, datanglah
wanita-wanita yang merupakan istri-istri dari mbah yang datangnya beriringan...
Istri2 :
“iya Sayang!” serempak
Eyang : “ini! Kamu nggak lihat!”
sambil menunjuk para istri
Istri2 : para istri pun melambaikan tangan kepada si Narator
Narator :
“wuihh busyet hebat bener cantik2 lagi, kok bisa!?”
Eyang : “itu karena ilmuku yang paling
sakti mandraguna!”
Narator :
“ilmu apa itu...?”
Eyang : “ilmu pelet...”
Narator :
“Oooh begitu toh, tapi kok anak nya yang tadi kok gak ada yang mirip sama
ibu2 ini?”
Eyang : “kalo yang itu ada sedikit
kesalahan teknis saat lahirnya, dia keluar pas istri saya yang ke tiga lagi mencret
makanya tau sendirilah hasilnya seperti apa.... baiklah! Sekarang ikut aku ke
tempat pertapaanku di ujung lorong itu.” sambil nunjuk ke sebuah lorong
gelap
Narator :“oke”
Sesampainya di ruang
pertapaan sang dukun...
Eyang : “sekarang katakan yang jelas, apa
permohonanmu? Mau ngegebet seseorang? atau Mau ngepet?”
Narator :“bukan, Eyang. Saya mau merubah
nasib”
Eyang : “oh gampang bisa diaturr... wani
piro??”
Narator :
“berapapun akan saya bayar mbah”
Eyang : “Merubah nasib menjadi bubur?
Atau merubah nasib menjadi DUBUR??”
Narator :
dengan ekspresi yang agak dongkol “iiishh! Eyang mah ada-ada aja, saya Cuma
minta jadi pemeran utama”
Eyang : sambil manggut-manggut “ohh...
begitu... kalau begitu tunggu sebentar saya mau ambil barang pusaka dulu”
Narator :
“baik, mbah...”
Eyang : “nih liat barang pusaka saya
sambil” memperlihatkan tongkat miliknya
Narator : “apaan tuh mbah?”
Eyang : “ini namanya otangkat sakti saya mendapatkannya sejak
lahir”
Narator :
“wow luar binasa”
Eyang : “okelah kalo begitu.... JIN !!!!”
teriak Eyang sambil menggoyang-goyangkan otongkat sakti miliknya
Jin : “wahahaha”
Narator :
“waduh apa itu?” dengan agak terkaget
Eyang : “jangan takut..... ini jinnya
Aladdin namanya Ugo” sambil menenangkan si Narator
Jin : “hai...”
Narator :
“hai juga...”
Tanpa basa-basi Jin yang
telah mengetahui tujuan atas panggilan Dinasnya pun membisikkan sesuatu
ketelinga Eyang Dubur, Eyang pun ngangguk2 dan mulai berkata...
Eyang : “tatap mata saya, jangan
berkedip...!”
Narator :
“mengerti mbah...” sambil ngangguk2
Eyang : “TATAP MATA
OJANN......TATAP.....TATAP...... JADI ... PEMERAN... UTAMA.... JADI...PEMERAN....UTAMAAAA....!!!!!!!”
Narator :
*pingsan*
Akhirnya, permohonan si Narator pun
terkabulkan dan ia sekarang menjadi seorang pemeran utama dalam sebuah
cerita...
Narator :
Narator pun terbangun dan agak heran “hah?... dimana aku...?” ngeliat
sekeliling “apa aku sudah benar-benar menjadi pemeran utama! Hahahaha! Tapi
kok badanku gatel-gatel yah?” sambil menggaruk badan yang terasa gatal
Tuntel : tiba-tiba muncul
suara yang berbunyi “Tuntel Tuntel... dek, odek, aku dapet pohon pisang
nih!” sambil nyamperin si Narator
Narator :“HAH?! SIAPA KAMU!!!”
terbelalak kaget “KOK KODOK BISA NGOMONG??”
Tuntel : “e...Otek...Ini
aku, sahabat mu, Tuntel!!!”
Narator :“A-APA?! TU..TUNTEL?? JANGAN2 INI
CERITA TEGODEK-GODEK DAN TETUNTEL2?? KALO GITU, AKU INI ADALAHH....... AHHH
TIDAAAK AKU TIDAK MAU JADI PEMERAN UTAMA DICERITA INI!!!! TIDAAAAAAAAAAAAAAAK...!!!” teriak si Narator sambil terjatuh dan ia pun
kemudian pingsan
Eyang : “Woy woy... jangan pingsan dulu!
Lu belum bayar!”
Demikianlah akhirnya sang Narator menyesali
permintaannya. Itulah akibatnya kalau kita menggapai sesuatu dengan cara yang
tidak halal dan tidak pernah bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah SWT.
Makanya jangan terpedaya dengan tipu daya jin dan antek-anteknya, karena itu
hanya akan merugikan dirimu sendiri.
TEGODEK-GODEK DAN TETUNTEL2 adalah
sebuah cerita dongeng dari Lombok Nusa Tenggara Barat tentang persahabatan
antara monyet dan kodok
ceritanya bagus..
ReplyDeletenc
ReplyDelete